Rabu, 10 Juni 2009

Tepian Danau Toba yang Mulai Menggeliat

Hari Minggu (12/3) pukul 09.00, Danau Toba masih diselimuti kabut. Tampak beberapa perahu nelayan mengapung di air yang tenang. Dua feri tampak ramai oleh penumpang yang akan berlayar di Danau Toba. Di tepi danau banyak ibu mencuci baju serta anak- anak yang mandi, bermain air, dan memancing.
Nama Danau Toba memang menjanjikan pemandangan alam yang indah dan serunya petualangan melayari danau. Tidak heran danau terbesar di Indonesia itu menjadi andalan untuk menarik minat wisatawan datang. Di antara daerah-daerah sekitar Danau Toba, Kabupaten Toba Samosir merupakan salah satu wilayah yang ingin menggali dan memanfaatkan potensi Danau Toba untuk mendukung pembangunan daerahnya.
Kabupaten Toba Samosir, biasa disebut Tobasa, baru memperingati tujuh tahun berdirinya. Setelah memekarkan diri dari Kabupaten Tapanuli Utara tahun 1999, Tobasa mulai merangkak untuk membangun daerahnya sendiri. Semarak hari ulang tahun (HUT) terasa lewat spanduk-spanduk ucapan dan umbul-umbul yang menghiasi Balige, ibu kota Tobasa.
Peringatan HUT Tobasa dipusatkan di Lapangan Sisingamangaraja yang terletak di tepi Danau Toba. Berbagai macam stan didirikan di tepi lapangan. Stan- stan itu milik instansi pemerintah yang memamerkan hasil pembangunan daerah serta stan- stan setiap kecamatan yang memamerkan potensi yang mereka miliki. Beragam hasil pertanian, kerajinan, dan perkebunan Tobasa bisa dilihat di tempat itu.
Sebuah panggung besar di tengah lapangan memberikan hiburan bagi masyarakat sekitar. Sabtu lalu sebuah pertunjukan teater tradisional, yaitu opera Batak, ditampilkan untuk menghibur masyarakat. Selain opera Batak, ada pula pertunjukan musik dan lagu oleh sejumlah kelompok musik dari Medan dan sekitarnya.
Kado HUT ke-7 Tobasa yang dinilai paling berharga adalah penandatanganan nota kesepahaman antara enam bupati di wilayah sekitar Danau Toba. Nota kesepahaman itu berisi kerja sama di semua aspek di antara daerah-daerah pemekaran Kabupaten Tapanuli Utara, yaitu Kabupaten Dairi, Pakpak Bharat, Toba Samosir, Humbang Hasundutan, dan Tapanuli Utara.
”Belum ada rincian detail, tetapi yang pasti kerja sama itu meliputi bidang pertanian, pemanfaatan Danau Toba, dan pengelolaan lahan tidur yang banyak terdapat di wilayah sekitar Danau Toba,” kata Kepala Bagian Humas Kabupaten Tobasa Wasir Simanjuntak.
Kerja sama itu diharapkan mampu membawa kemajuan wilayah sekitar Danau Toba yang rata-rata masih seumur jagung. Pembangunan menjadi kebutuhan mutlak karena masyarakat menyambut baik dan berharap banyak dari pemekaran ini.
”Sekarang semua pemasukan daerah dikelola dan digunakan oleh wilayah kami sendiri. Masyarakat semakin makmur. Lihat saja, banyak sekali sepeda motor yang sekarang dimiliki warga,” kata Renata, warga Balige.
Wilayah-wilayah yang barangkali terlupakan saat masih bergabung dengan Tapanuli Utara mulai mendapat perhatian. Pemekaran memang menjanjikan perbaikan pelayanan aparat birokrasi terhadap rakyat di daerahnya. Itulah yang kini ditunggu masyarakat di kabupaten hasil pemekaran.
Meskipun 60 persen desa di Tobasa masih tertinggal dan terisolasi, semangat membangun dan menggerakkan daerah harus terus menyala. Apalagi, Tobasa tidak lagi sendirian. Sinkronisasi program amat diperlukan dalam membangun. Selamat ulang tahun. (FRO)

Tidak ada komentar: