Rabu, 10 Juni 2009

Pesona Lontung Luput Dari Perhatian

KAPAL yang membawa BATAKPOS menuju Lon tung merapat di Dermaga Tomok, Pulo Samosir. Jarak Tomok – Lontung kurang lebih 10 km. Lepas dari Tomok perjalanan awalnya mulus. Namun memasuki kawasan Desa Pangambatan, jalanan mulai berlobang-lobang.

Padahal pemandangan sesungguhnya mulai terlihat indah. Yang mengganggu mata, usaha kerambah ikan milik sebuah perusahaan asing bertebaran di sana-sini. Nagari Lontung terdiri dari beberapa desa seperti Pangambatan, Gajani Huta, Pangaloan, Pardomuan, Parmonangan, Parbalohan dan Silima Lombu.

Sedang Bontean ada di Desa Parmonangan, tak di tepi jalan memang. Kepala Desa Gimbet Situmorang dan Hot Tua Situmorang Ketua Karang Taruna setempat mengantar BATAKPOS ke tepi pantai. Tak jauh memang, tapi melewati persawahan yang tampak tinggal panen.

Berjumlah 12 buah, bontean tampak terpancang di tengah areal persawahan. Masing-masing enam di kiri dan kanan. Sementara di depan terlihat dua berukiran patung Gaja Dompak dan Cicak. Menurut kepercayaan orang Batak zaman dulu, binatang cicak adalah simbol atau perlambang kemakmuran dan kesejahtraan. Maka itu dalam berbagai ornament gorga khsusnya rumah Batak, cicak tak pernah ketinggalan.

Bontean selebihnya tampak polos tapi semuanya terbuat dari batu. “Kita tak tahu kapan dan bagaimana caranya nenek-moyang membuat bontean ini, “ujar Gimbet Situmorang. Menurut dia, turis Belanda sering mampir ke tempat itu. Entah dari mana pula mereka tahu informasinya.

Hot Tua menambahkan, letak bontean tersebut menandaskan betapa besarnya penyusutan air Danau Toba. “Sudah pasti air Danau Toba dulu sampai ke sini. Sekarang tepian sudah agak jauh. “tunjuknya.

Gimbet dan Hot Tua sama-sama berharap agar Pemerintah mau memberi perhatian terhadap situs tersebut serta perkembangan pembangunan Nagari Lontung. “Kami rela menghibakan sebagian tanah agar badan jalan diperlebar. Begitu juga jalan menuju dermaga, “imbau Hot Tua.

Dari pengamatan BATAKPOS, situs bontean sudah selayaknya mendapat perhatian dari Pemerintah. Kondisinya tampak merana. Karena tempatnya tidak mendapat perlindungan dari sengatan panas dan hujan, dikhawatirkan situs tersebut perlahan hancur. Gejala kini mulai tampak.

Dalam daftar objek kepariwisataan Samosir, situs bontean juga belum masuk. Padahal Nagori Lontung sebetulnya tak kalah menarik. Selain berupa situs, persawahan yang terhampar luas juga menjadi daya tarik tersendiri. Seperti di Bali dan Jawa misalnya, turis asing bahkan rela menginap di dangau dan ikut mengembala kerbau. Kenapa ya, Lontung dengan seribu pesonanya nan aduhai luput dari perhatian kita? Sarido Ambarita

Tidak ada komentar: