Pemkab Samosir memproyeksikan daerahnya sebagai salah satu tujuan wisata andalan di Sumatera Utara pada 2010. Sebab, Samosir yang berada di tengah-tengah Danau Toba, selain sangat tepat menjadi sentral pengembangan objek pariwisata Sumut, juga sangat tepat menjadi pusat kebudayaan Batak dengan mengemas nilai-nilai spritual di Pusuk Buhit.
Hal ini dikemukakan Bupati Samosir Mangindar Simbolon kepada Gubernur Sumut H Syamsul Arifin di Gubernuran Medan, Jumat (29/5), saat mempresentasikan Grand Strategi Pengelolaan Koloboratif Pembangunan Kabupaten Samosir dalam Mewujudkan Kabupaten Pariwisata 2010.
“Selama ini, kegiatan wisata di sana selalu dimulai dari tempat kematian, yakni dari makam keturunan Raja Sidabutar. Konsep seperti ini kami nilai salah. Yang sebaiknya adalah memulainya dari sumber kehidupan, yakni Pusuk Buhit,” ucap Simbolon memulai presentasinya.
Presentasi itu turut dihadiri Kepala Bappeda Sumut Riadil Akhir Lubis, Kadis Pariwisata Sumut Nurlisa Ginting, Kadis Kehutanan Sumut JB Siringoringo, dan Kadis PU Bina Marga Sumut Umar Zunaidi Hasibuan. Pada kesempatan itu Mangindar mengaku, pengembangan dan arah kebijakan objek wisata di Samosir yang menjual nilai-nilai eksotis Danau Toba selama ini sudah jauh melenceng dari arah yang sebenarnya harus dilakukan.
Beberapa indikator arah pembangunan menuju kabupaten pariwisata 2010 yang perlu diperhatikan, menurut Simbolon, antara lain pembangunan jalan lingkar dalam Danau Toba (Inner Ring Road Danau Toba/IRRDT) di Pulau Samosir. Kondisi IRRDT itu menurutnya hanya butuh solusi penangaanan antara ruas Onangrungu–Pangururan–ke lokasi Hot Spring. Sebab, jalur ini merupakan daerah patahan gempa.
Sedangkan kondisi jalan lingkar luar Danau Toba atau Outer Ring Road Danau Toba (ORRDT) sepanjang 248,53 kilometer, menurut Simbolon, sampai kini terus dipacu realisasinya. Megaproyek yang merupakan tindak lanjut Deklarasi Kesepakatan Pengelolaan Ekosistem Kawasan Danau Toba (Lake Toba Ecosystem Managemen Plant/LTEM) berbiaya sedikitnya Rp385,3 miliar itu sejak 2006 telah disepakati pekerjaannya oleh Pemprov Sumut dengan pemerintah tujuh kabupaten.
Skema pendanaannya adalah 60 persen dari APBN, 20 persen APBD Sumut, dan 20 persen oleh ABPD tujuh kabupaten. Ketujuh kabupaten itu adalah Samosir, Toba Samosir, Simalungun, Humbang Hasundutan, Dairi, dan Karo. “Sampai kini, tujuh kabupaten sudah sepakat menandatangani nota kesepahaman terkait promosi Danau Toba. Bahwa objek wisata itu akan ditangani sepenuhnya oleh swasta profesional dalam sebuah organisasi bernama Danau Toba Tourism Board (Badan Pariwisata Danau Toba). Ini merupakan salah satu poin dalam grand strategi tadi,” ungkap Simbolon
Tanggapan Pemprov Sumut melalui Gubsu Syamsul Arifin, pada prinsipnya mendukung konsep pembangunan tersebut. Namun demikian, sejumlah SKPD di Pemprov Sumut menekankan agar konsep itu tidak hanya mengembangkan potensi alam semata. Tetapi juga mengembangkan SDM, khususnya orang Batak di kampung halaman agar bisa meningatkan citra sadar wisata.
“Konsep seperti Samosir ini mudah-mudahan diikuti daerah lainnya. Sehingga Samosir sebagai jarumnya, dan lainnya sebagai benangnya. Kepada masyarakat, saya mohon untuk memberikan dukungan, dan pemda juga jangan jalan sendiri-sendiri,” ucap Syamsul. zul
Sumber: batak Pos, Senin, 1 Juni 2009.
Rabu, 10 Juni 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar